News
CEM2C Telusuri Jejak Balota: Upaya Baru Menghidupkan Tradisi Minangkabau
Solok, 28 Juli 2025 — Tim peneliti dari The Centre of Excellence for Media and Minangkabau Culture (CEM2C) memulai langkah strategis dalam pelestarian budaya lokal dengan meneliti secara mendalam tradisi Balota Palapah Pisang di Nagari Bukit Bais, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok. Tiga peneliti utama—Dr. Zainal Abidin, M.Sn., Wahyu Nova Riski, S.Sn., MGMC, dan Abdul Rahman, S.Sn., M.Sn.—turun langsung ke lapangan untuk mendokumentasikan, menganalisis, dan menggali makna dari salah satu ekspresi budaya Minangkabau yang kini mulai meredup. Penelitian ini menjadi bagian dari komitmen CEM2C untuk menghidupkan kembali khazanah lokal melalui pendekatan media dan kajian akademik yang kontekstual dan relevan.




Balota bukan sekadar permainan rakyat. Ia adalah pertunjukan adat yang sarat simbol dan nilai. Dua pria dewasa dari nagari berhadapan di tengah arena berbentuk lingkaran, bersenjatakan pelepah pisang yang telah dikeringkan. Setiap ayunan menghasilkan bunyi ‘plak’ yang mengundang sorak penonton. Diiringi gendang, talempong, dan pupuik batang padi, suasana menjadi hidup—antara sakral dan meriah, antara adat dan hiburan.
Dahulu, Balota menjadi bagian dari sistem hukum adat. Ia menyimbolkan hukuman terhadap pelanggar norma nagari. Namun seiring perubahan zaman, dimensi sakralnya mulai luntur. Kini, Balota lebih banyak tampil dalam nuansa hiburan, khususnya saat Idul Fitri, tanpa lagi melibatkan unsur sesaji atau ritual adat sebagaimana dahulu.
Penelitian ini mendapat sambutan hangat dari Wali Nagari Bukit Bais. Ia menyampaikan harapan agar tradisi Balota dapat dikenal lebih luas dan diberi ruang berkembang. “Kami sangat bersyukur ada pihak yang peduli. Tradisi ini adalah identitas kami. Jika tidak dijaga, bisa saja hilang tanpa terasa,” ujarnya usai mendampingi proses dokumentasi lapangan.
Selama beberapa hari di Bukit Bais, tim CEM2C melakukan pengamatan langsung terhadap proses pembuatan alat, merekam struktur pertunjukan, dan mewawancarai para pelaku serta tokoh adat. Tujuannya tak sekadar mendokumentasikan bentuk luar pertunjukan, tetapi juga menangkap nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Menurut Dr. Zainal Abidin, Balota menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek kajian budaya sekaligus aset pariwisata yang unik. Hasil penelitian ini direncanakan akan dituangkan dalam bentuk artikel ilmiah, dokumenter pendek, dan bahkan kemungkinan diadaptasi ke format media visual yang lebih luas jangkauannya.
Misi mereka sederhana namun penting: agar Balota tidak hanya hidup dalam ingatan para orang tua di Bukit Bais, tapi juga dikenang, dipelajari, dan diteruskan oleh generasi muda Minangkabau. Sebab budaya, jika tidak dituliskan, direkam, dan diceritakan kembali, bisa saja perlahan menghilang—tanpa jejak, tanpa cerita.
-Wahyu Nova Riski

